Sabtu, 28 November 2015

Cerpen: Guru yang Mulia

  "Di balik kesuksesan anda ini, pasti ada orang yang sudah berjasa untuk anda. Jadi, bisa anda ceritakan siapa orang hebat itu?"Tio tersenyum mendapat pertanyaan seperti itu.
  "Iya..Memang ada orang yang sangat berarti bagi saya.."ujar nya sembari mengingat masa lalu.

20 tahun yang lalu..
  "Berdiri. Beri salam!"semua anak berdiri sembari mengucap,"Selamat pagi, bu..."
  Wanita itu tersenyum dan membalas salam anak-anak didiknya.
  "Sebelum kita mulai pelajaran pada hari ini, ibu akan mengabsen kalian dulu."ucap nya sambil membuka buku absen.
  "Sarah??"
"Hadir"
  "Laras??"
"Hadir"
   Terus seperti itu sampai..."Tio??"
Semua murid diam sehingga membuat wanita itu mengalihkan pandangan pada mereka,"Tio??Mana Tio??"tanya nya.
   "Tio..dia nggak masuk, bu."salah seorang murid berdiri dan menjawab pertanyaan wanita itu,"Lho, kenapa? Dia sakit?"tanya nya lagi yang dijawab gelengan kepala oleh murid itu.
   "Dia..membantu bapak nya di sawah, bu."
***
  "Tio, tolong ambil sabit itu, nak."dengan sigap Tio mengambil sabit yang berada di tepi. Tetapi langkah nya terhenti karena sesuatu yang membuat nya terkejut,"Tio.."guru nya berada di sana.

   "Hari ini kamu nggak masuk lagi. Ibu bukan nya marah kamu membantu orang tua kamu. Tapi kamu juga harus pikirkan sekolahmu dong."
   "Saya berpikir... Saya nggak bisa melanjutkan sekolah saya, Bu."ujar Tio sembari menunduk,"Lho, kenapa?"tanya wanita itu dengan penuh keterkejutan.
   "Saya nggak mau menambah kesusahan bapak dan emak. Bersekokah nggak bisa bikin hidup keluarga saya baik, malah tambah susah. Lebih baik saya membantu mereka mencari uang. Daripada sekolah yang tidak ada guna nya."wanita itu tersenyum,"Kamu salah, Tio. Justru dengan bersekolah, kamu bisa bahagiain bapak emak kamu. Asalkan kamu rajin belajar, pasti di masa depan nanti hidup kamu sukses. Bisa banggain orang tua kamu."
   "Tapi, bapak dan emak saya nggak punya uang untuk bayar uang sekolah, Bu. Penghasilan mereka sehari-hari cuma cukup untuk makan."
   "Kamu nggak perlu khawatir. Biar ibu yang tanggung sekolah kamu. Jadi kamu bisa belajar tanpa harus peduli dengan biaya sekolah."seketika wajah Tio berubah bahagia,"Serius, bu? Makasih ya, Bu. Saya berterima kasih sekali sama ibu."
   "Tapi, kamu harus janji. Kamu harus belajar dengan giat dan harus jadi orang yanh sulses."
   "Iya, Bu. Saya janji."

***
   Sebuah mobil melaju di jalanan. Tio tersenyum dan menggenggam sebuket mawar putih yang dibeli nya. Dibeli khusus untuk guru nya.
   Mobil itu pun berhenti di depan pemakaman umum. Tempat peristirahatan wanita yang telah berarti bagi hidup Tio.
   Dengam membungkuk di depan sebuah makam, Tio meletakkan mawar itu,"Untuk guru ku yang mulia..."

1 komentar: