Malam ini adalah malam natal. Semua orang merayakannya bersama dengan keluarga mereka. Bernyanyi dan menari bersama. Menghiasi malam spesial ini dengan tawa.
Tapi berbeda dengan Ara. Ia hanya bisa duduk sendirian di depan meja makan. Dulu, meja makan itu selalu penuh dengan makanan yang enak. Tapi, sekarang sebutir nasi pun tidak ada. Ibu nya, orang yang satu-satu nya ia punya di dunia ini harus pergi meninggalkan nya. Sekarang tidak ada satupun yang menemani nya.
Tanpa terasa, air mata Ara turun. Ia menangis dengan sangat deras. Sampai akhirnya, tangisan nya berhenti...
Terdengar bunyi pintu diketuk dari luar. Ara hanya bisa menatap bingung,"Siapa yang datang bertamu semalam ini?"tanya nya dalam hati.
Seketika segala macam pikiran buruk terngiang di kepalanya,'Bagaimana kalau pencuri?Atau mungkin saja pembunuh berdarah dingin?'
Segala pikiran buruk itu membuat Ara ketakutan. Ia terus berlari untuk sembunyi sedangkan orang itu terus mengetuk pintu. Dengan ketakutan, Ara di bawah meja menatap ke arah pintu yang terus diketuk itu,"Aku harus membuka pintu itu. Siapa tahu yang datang ternyata adalah tetangga. Tapi, aku sangat takut sekali. Aku takut kalau ternyata di luar sana adalah orang yang sangat menyeramkan. Bagaimana kalau dia membunuhku saat aku membukakan pintu?"
Sekarang perasaan nya berubah menjadi bimbang.Ia harus membuka pintu itu. Tapi, ia tidak mau ditangkap orang jahat.
Akhirnya, dengan segala keberanian, ia pun membuka pintu itu dengan tangan yang gemetar dan keringat dingin yang mengucur. Dan ternyata...
Tidak ada siapapun disana. Yang ada hanya lah setangkai bunga mawar putih yang sangat cantik. Ara memungut bunga itu dan membaca isi dari kartu ucapan yang tertempel dengan bunga itu.
Ara ku sayang...
Ibu senang kamu masih sehat. Maaf kalau ibu tidak bisa menemanimu lagi. Penyesalan terbesar yang ibu rasakan adalah ketika harus pergi meninggalkanmu.
Tetaplah hidup dengan baik meski ibu tidak ada lagi untukmu. Tapi, ibu akan selalu mendoakanmu. Ibu akan selalu memperhatikanmu dari atas sini.
Aku mencintaimu,
ibumu
Dan semenjak itu, Ara hidup dengan sangat baik bersamaan dengan bunga itu yang tak pernah layu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar